Rabu, 17 Oktober 2012

PESAWAT RONTGEN




Pesawat sinar–X biasanya terdiri dari komponen – komponen : generator, tegangan tinggi, panel control, tabung sinar-X, alat pembatas berkas, dan peralatan penunjang/pendukung (missal cassette holder, meja, dll). Pesawat sinar-X dikelompokan menjadi 3 (tiga) tipe :
1. Pesawat sinar-X mobile;
2. Pesawat sinar-X portable; dan
3. Pesawat sinar-X stationery.

Bagian–bagian tabung sinar-X
1. Anoda: mengubah energi electron menjadi sinar-X; menghantarkan panas yang terjadi; dan biasanya terbuat dari tungsten (Z = 74) atau alloy tungsten & rhenium.
2. Fokal spot : area tempat terjadinya sinar-X; berdimensi antara 0,2mm s/d 2,0mm.
3. Katoda: sebagai sumber electron; berupa kawat pijar atau filamen yang terbuat dari tungsten (wolfram).
4. Tabung gelas: menjaga kehampaan; sebagai isolator antara Anoda dan Katoda; dan mempunyai umur tertentu.
5. Rumah/wadah Tabung: sebagai penahan radiasi; biasanya terbuat dari Pb atau Uranium susut kadar; dan terdapat pendingin.
Radiasi Nuklir; Detektor Radiasi; Dosis Serap dan Satuan Radiasi
Awal perkenalan umat manusia dengan radiasi pengion dimulai ketika Wilhelm C. Roentgen (1845 – 1923), fisikawan berkebangsaan Jerman, pada tahun 1895 menemukan sejenis sinar aneh yang selanjutnya diberi nama sinar-X.
Selang satu tahun dari penemuan sinar-X tersebut, fisikawan Perancis Antonie Henry Becquerel menemukan unsur Uranium (U) yang dapat memancarkan radiasi secara spontan. Untuk selanjutnya bahan yang memiliki sifat seperti itu disebut bahan radioaktif.
Dua tahun kemudian, pasangan suami-istri ahli kimia berkebangsaan Perancis Marie Curie dan Piere Curie menemukan unsur Polonium (Po) dan Radium (Ra) yang memperlihatkan gejala yang sama seperti Uranium.
Beberapa efek merugikan yang muncul pada tubuh manusia karena terpapari sinar-X dan gamma dengan dosis berlebihan segera teramati tidak lama setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut. Marie Curie meninggal pada tahun 1934 akibat terserang oleh leukemia. Penyakit tersebut besar kemungkinan akibat paparan radiasi karena seringnya beliau berhubungan dengan bahan-bahan radioaktif. Meskipun demikian, upaya perlindungan terhadap bahaya radiasi pada saat itu belum mendapatkan perhatian yang serius.
Studi intensif efek radiasi terhadap jaringan tubuh manusia terus dilakukan oleh para ahli biologi radiasi (radiobiologi), hingga akhirnya secara pasti diketahui bahwa radiasi tersebut dapat menimbulkan kerusakan somatik berupa kerusakan sel-sel jaringan tubuh dan kerusakan genetik berupa mutasi sel-sel reproduksi. Dengan demikian manusiapun menyadari bahwa radiasi dapat memberikan ancaman terhadap kesehatan manusia yang perlu diwaspadai. Resiko kerusakan somatik dalam bentuk munculnya penyakit kanker dialami langsung oleh orang yang sel somatiknya terkena penyinaran. Sedang resiko dari kerusakan genetik tidak dialami oleh yang bersangkutan, melainkan keturunan orang tersebut mempunyai peluang untuk menderita cacat genetis.
Studi epidemilogi efek biologi dari radiasi pengion yang telah dilakukan melibatkan tidak kurang dari dua juta orang dewasa dan anak-anak. Studi tersebut dilakukan terhadap mereka baik yang menerima paparan radiasi dari alam di atas normal, para korban bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, para korban kecelakaan fasilitas nuklir (PLTN Chernobyl misalnya) termasuk mereka yang masih di dalam kandungan sewaktu terjadi kecelakaan, serta para pekerja radiasi dan penduduk di sekitar suatu instalasi nuklir.
Hormesis Radiasi
Data epidemilogi mengenai efek radiasi dosis rendah sebagai penyebab timbulnya kanker dan kerusakan genetik masih minim. Di lain pihak beberapa pakar biologi radiasi dapat menunjukkan bukti-bukti tentang adanya efek merangsang (stimulatif) akibat paparan radiasi dosis rendah yang disebut hormesis. Fenomena hormesis ini sebenarnya sudah lama dikenal dalam ilmu obat-obatan (farmakologi). Dalam hal ini hormesis mengandung pengertian bahwa suatu zat yang dalam jumlah banyak bersifat racun tetapi dalam jumlah sedikit bersifat sebagai perangsang kehidupan. Obat-obatan para prinsipnya tersebut dari bahan-bahan kimia yang bersifat racun bagi tubuh, namun dengan pengaturan dosis yang tepat, obat-obatan justru bermanfaat bagi tubuh. Bertitik tolak dari pengertian ini maka hormesis radiasi mengandung pengertian bahwa radiasi dosis rendah bersifat mampu memberikan efek yang menguntungkan bagi kehidupan.
Hipotesa tentang adanya hormesis radiasi muncul setelah dilakukan penelitian terhadap organisme ber-sel tunggal hingga tumbuh-tumbuhan dan binatang bersel banyak seperti serangga, ikan dan mamalia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa paparan radiasi dosis rendah memberikan efek perbaikan terhadap binatang maupun tumbuhan percobaan dalam bentuk tingkat kesuburan, kesehatan, peningkatan umur rata-rata binatang percobaan, kemampuan penyembuhan luka, kerentanan terhadap penyakit. Ketahanan terhadap infeksi dan lain-lain.
Sementara data-data tentang adanya hormesis pada binatang percobaan cukup banyak, hormesis radiasi terutama bagi manusia hingga kini masih menjadi ajang perdebatan bagi para pakar biologi radiasi. Hal ini disebabkan belum lengkapnya data yang mendukung kesimpulan ke arah sana. Meskipun demikian, data-data epidemiologi yang telah terkumpul hingga saat ini cukup menunjukkan bahwa hormesis dapat juga terjadi pada manusia. Data epidemiologi tersebut berupa data dari korban bom atom di Hiroshima dan Nagasaki dan penduduk yang tinggal pada daerah dengan radiasi latar alamiah lebih tinggi dibandingkan dengan radiasi latar alamiah normal, seperti penduduk di Propinsi Guangdong (RRC) dan Pantai Kerala (India).
Para korban bom atom di Hiroshima dan Nagasaki yang selamat hingga kini  masih terus dipantau dan menjadi obyek penelitian oleh para ahli. Dari data yang dikumpulkan selama 24 tahun sejak tahun 1958 hingga 1982 menunjukkan bahwa sejumlah korban yang diperkirakan menerima radiasi dengan dosis antara 0,12 – 0,36 Sievert justru tercatat tingkat kematiannya akibat leukemia paling minim dibandingkan penduduk lain yang tidak menerima paparan radiasi pada saat terjadi ledakan bom atom.
Dari Cina juga dilaporkan status kesehatan lebih dari 20.000 penduduk di kota Yangjang, propinsi Guangdong. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa radiasi latar di daerah itu ternyata tiga kali lebih tinggi dibandingkan radiasi latar daerah-daerah lainnya. Data mengenai status kesehatan penduduk yang menempati daerah tersebut turun temurun dikumpulkan dari tahun 1972 – 1975 dan dibandingkan dengan status kesehatan penduduk daerah lain yang radiasi latar alamiahnya normal. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa frekwensi ditemukannya kanker ternyata lebih rendah pada penduduk di daerah radiasi latar tinggi dibandingkan dengan penduduk di daerah dengan radiasi latar rendah. Demikian halnya dengan data yang terkumpul dari Pantai Kerala di India. Lebih dari 130.000 penduduk tinggal di daerah ini dengan radiasi latar alamiah 3 hingga 10 kali di atas normal. Namun harapan hidup penduduk di Kerala ternyata 10 – 15 tahun lebih panjang dari pada harapan hidup rata-rata penduduk India. Dari beberapa data epidemiologi yang berhasil dikumpulkan inilah beberapa pakar radiobiologi menduga adanya hormesis radiasi pada manusia.
Dengan ditemukannya fenomena hormesis ini maka saat ini ada dua anggapan yang saling bertolak belakang tentang efek radiasi dosis rendah. Anggapan pertama mengatakan bahwa sekecil apapun dosis radiasi yang diterima tubuh dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan sel sehingga memberikan peluang timbulnya kanker maupun kerusakan genetik. Anggapan pertama ini tetap dipegang teguh oleh Komisi Internasional untuk Perlindungan Radiologi (ICRP). Bahkan data-data tentang adanya hormesis radiasi yang ditemukan oleh ICRP sendiri hanya dianggapan sebagai penyimpangan dan tidak pernah dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
Anggapan kedua mengatakan bahwa radiasi dosis rendah justru dapat memberikan efek yang menguntungkan bagi kehidupan. Anggapan ini didasarkan pada dugaan bahwa makhluk hidup mempunyai kemampuan untuk beradaptasi pada suatu lingkungan yang dosis radiasinya lebih tinggi dari radiasi latar alamiah. Paparan radiasi tersebut mampu merangsang fungsi-fungsi sel dalam mengurangi kerusakan akibat paparan radiasi berikutnya, jadi ada semacam proses imunisasi yang terjadi pada sel, dlam hal ini kerusakan sel akibat paparan radiasi akan diimbangi bukan hanya dalam bentuk perbaikan kembali sel yang rusak melainkan juga ketahanan sel terhadap kerusakan akibat paparan radiasi berikutnya.
Jika dugaan adanya efek hormesis dari paparan radiasi dosis rendah terhadap tubuh manusia benar adanya, maka penerimaan radiasi dosis rendah oleh tubuh manusia tidak perlu dicemaskan, misal dosis yang diterima karena seseorang bekerja dengan radiasi atau berada di medan radiasi. Hasil akhir dari paparan radiasi dosis rendah ini justru menguntungkan. Artinya, radiasi pengion ternyata tidak selalu menimbulkan efek biologi negatif bagi organisme. Namun untuk meyakinkan kebenaran fenomena hormesis itu masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan menyeluruh sehingga diperoleh data-data pendukung baru yang dapat memperkuat dugaan itu.





RADIASI ALAM
Radiasi adalah pemancaran dan perambatan gelombang yang membawa tenaga melalui ruang atau antara, misal pemancaran dan perambatan gelombang elektromagnetik, gelombang bunyi; gelombang lenting; penyinaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa radiasi bukan hanya radiasi nuklir, tetapi juga radiasi lain seperti gelombang radio, gelombang televisi, pancaran sinar matahari, dll.
Banyak orang beranggapan bahwa radiasi hanya terkait dengan reaktor nuklir atau bom nuklir. Yang tidak banyak diketahui sesungguhnya adalah bahwa alam ini juga merupakan pemancar radiasi, bahkan merupakan sumber radiasi satu-satunya bagi orang yang tidak bekerja dengan reaktor nuklir, atau tidak terkena radiasi dari tindakan medis. Dalam hal radiasi nuklir, ketidakstabilan atom atau inti atomlah yang menyebabkan terjadinya pancaran radiasinya.
Radiasi yang dipancarkan alam dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu radiasi kosmis, radiasi terestrial, dan radiasi internal. Radiasi kosmik beradal dari sumber radiasi yang berada pada benda langit dalam tata surya dalam bentuk partikel berenergi tinggi (sinar kosmis); dan sumber radiasi yang berasal dari unsur radioaktif di dalam kerak bumi yang terbentuk sejak terjadinya bumi.Radiasi internal adalah radiasi yang diterima oleh manusia dari dalam tubuh manusia sendiri, dalam hal ini sumber radiasi masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan, minuman atau udara.
Radiasi kosmis
Sinar kosmis yang berupa partikel akan bereaksi dengan atmosfir bumi menghasilkan tritium, berilium dan carbon yang radioaktif. Tak seorangpun luput dari guyuran radiasi ini meskipun jumlahnya berbeda-beda berdasarkan lokasi dan ketinggian.
Karena medan magnet bumi mempengaruhi radiasi ini, maka orang di kutub menerima lebih banyak daripada yang ada di katulistiwa. Selain itu orang yang berada di lokasi yang lebih tinggi akan menerima radiasi yang lebih besar karena semakin sedikit lapisan udara yang dapat bertindak sebagai penahan radiasi. Jadi, orang yang berada di puncak gunung akan menerima radiasi yang lebih banyak daripada yang di permukaan laut. Orang yang bepergian dengan pesawat terbang juga menerima lebih banyak radiasi.
Di bawah ini adalah data yang diperoleh oleh satu badan internasional di bawah PBB yang meneliti masalah efek radiasi (UNSCEAR). Laju dosis diberikan dalam mikrosievert per jam, di mana 1 mikro sama dengan sepersejuta.
Ketinggian, (m)
Laju dosis (mikrosievert/jam)
0 (permukaan laut)
0,03
2000
0,1
4000
0,2
12000
5
20000
13
Misalnya ada seseorang bepergian dari Jakarta ke Yogyakarta menggunakan pesawat terbang dengan waktu tempuh kira-kira 1 jam dengan ketinggian jelajah sekitar 12000 m, maka orang itu akan memperoleh radiasi kosmis sebesar 5 mikrosievert. Batas dosis masyarakat umum adalah 5 milisievert per tahun atau 2,4 mikrosievert per jam. Jadi orang itu telah menerima radiasi lebih dari 2 kali nilai batas. Meskipun demikian, orang ini belum tentu akan menderita kanker akibat tambahan radiasi ini.
Radiasi terestrial
Bahan radioaktif utama yang ada dalam kerak bumi adalah Kalium-40, Rubidium-87, unsur turunan dari Uranium-238 dan turunan Thorium-232. Besarnya radiasi dari kerak bumi ini berbeda-beda karena konsentrasi unsur-unsur di tiap lokasi berbeda, tetapi biasanya tidak terlalu berbeda jauh. Penelitian di Perancis, Jerman, Italia, Jepang dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa kira-kira 95 persen populasi tinggal di daerah dengan tingkat radiasi rerata dari bumi antara 0,3-0,6 milisievert per tahun (bandingkan: nilai batas dosis pekerja radiasi adalah 50 milisievert per tahun, untuk masyarakat umum 5 milisievert per tahun). Sekitar tiga persen populasi dunia menerima dosis 1 milisievert per tahun atau lebih.
Ada beberapa tempat di dunia ini yang memiliki tingkat radiasi dari kerak bumi yang sangat tinggi tetapi tingkat insiden orang terkena kanker rendah.
Tempat
Penduduk (1985)
Laju dosis
keterangan
Pocos de Caldas, Brazil
Bukit, tak berpenghuni
~ 250 mSv/tahun
-
Guarapari, Brazil
Kota kecil, 12.000 orang
15 ~ 175 mSv/tahun
tiap musim panas didatangi 30.000 pelancong
Kerala & Tamil Nadu, India
~70.000 orang
3,8 ~ 17 mSv/tahun
-
Ramsar, Iran
~ Tak tercatat
~ 400 mSv/tahun
-
Menurut perhitungan UNSCEAR, penduduk bumi menerima radiasi dari kerak bumi ini kira-kira 350 mikorosievert per tahun.
Radiasi internal
Manusia juga menerima pancaran radiasi dari dalam tubuhnya sendiri. Unsur radioaktif ini kebanyakan berasal dari sumber kerak bumi yang masuk melalui udara yang dihirup, air yang diminum ataupun makanan. Unsur yang meradiasi manusia dari dalam ini kebanyakan berupa tritium, Carbon-14, Kalium-40, Timah Hitam (Pb-210) dan Polonium-210. Radiasi internal ini umumnya merupakan 11% total radiasi yang diterima seseorang.
Penduduk di tempat paling utara di bumi menerima radiasi internal dari Polonium-210 kira-kira 35 kali nilai rata-rata dari daging kijang yang mereka makan. Penduduk di daerah Australia Barat yang kaya dengan uranium menerima radiasi internal kira-kira 75 kali nilai rata-rata dari daging domba, kangguru dan offal yang mereka konsumsi.
Seseorang yang ada di dalam gedung atau rumah dapat menerima radiasi dari sumber yang ada dalam bahan bangunan. Sumber radiasi yang terutama di sini adalah radon yang merupakan gas turunan peluruhan Uranium-238 dan Thorium-232. Yang berbahaya dari gas radon ini adalah anak turunannya yang akhirnya menjadi timah hitam yang stabil. Di daerah yang beriklim dingin, konsentrasi radon di dalam rumah bisa lebih tinggi daripada di luar, akan tetapi di daerah tropis konsentrasi di dalam maupun di luar bisa sama (karena kondisi rumah yang terbuka). Radiasi yang diterima dari radon ini kira-kira 50% dari total radiasi yang diterima dari alam.
Radiasi dari tindakan medis
Radiasi dari tindakan medis merupakan radiasi yang berasal dari sumber buatan manusia, jadi sesungguhnya bukan merupakan radiasi dari alam. Radiasi dari tindakan medis ini dituliskan di sini sebagai pembanding.
Dalam bidang kedokteran radiasi digunakan sebagai alat pemeriksaan (diagnosis) maupun penyembuhan (terapi). Pesawat sinar-X atau Roentgen merupakan alat diagnosis yang paling banyak dikenal dan dosis radiasi yang diterima dari roentgen ini merupakan dosis tunggal (sekaligus) terbesar yang diterima dari radiasi buatan manusia. Dalam sekali penyinaran sinar-X ke dada, seseorang dapat menerima dosis radiasi total sejumlah 35-90 hari jumlah radiasi yang diterima dari alam. Penyinaran sinar-X untuk pemeriksaan gigi memberikan dosis total kira-kira 3 hari jumlah radiasi yang diterima dari alam. Penyinaran radiasi untuk penyembuhan kanker nilai dosisnya kira-kira ribuan kali dari yang diterima dari alam.
Meskipun dosis radiasi yang diterima dari kedokteran ini cukup tinggi, orang masih mau menerimanya karena nilai manfaatnya jauh lebih besar daripada iesikonya.
Radiasi dari reaktor nuklir
Banyak orang beranggapan bahwa tinggal di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir akan menyebabkan terkena radiasi yang tinggi. Meskipun di dalam reaktor terdapat banyak sekali unsur radioaktif, tetapi sistem keselamatan reaktor membuat jumlah lepasan radiasi ke lingkungan sangat kecil. Dalam kondisi normal, seseorang yang tinggal di radius 1-6 km dari reaktor menerima radiasi tambahan tak lebih daripada 0,005 milisievert per tahun. Nilai ini jauh lebih kecil daripada yang diterima dari alam (kira-kira 2 milisievert per tahun) atau 1/400 nilai radiasi dari alam.
Radiasi yang dipancarakan dari PLTN sesungguhnya lebih kecail daripada radiasi dari pembangkit listrik berbahan bakar batubara maupun minyak. Radiasi yang diterima orang per orang di sekitar PLT Batubara bisa 3 kali lebih tinggi daripada yang diterima dari PLTN.
Please enable JavaScript to post a new comment
Bottom of Form

radio-isotop (kedokteran nuklir)

Radio-isotop adalah bidang kedokteran memanfaatkan materi radioaktif untuk menegakkan diagnosa, terapi dan mempelajari penyakit manusia. Henry N Wagner Jr, radio-isotop nuklir sebagai segi tiga dengan sisi-sisi: radio farmaka, instrumen, biomedik dan penderita di tengah-tengah. Atom terdiri inti, neutron dan proton yang dikelilingi lintasan elektron K, L, H, O dan Q.
Dalam keadaan stabil, energi ikatan inti atom berada dalam tingkat tertentu. Keadaan tidak stabil, energi ikatan inti atom berubah sehingga inti atom akan berusaha untuk mencapai tingkat keseimbangan yang baru dengan memecahkan diri (inti atom menjadi 2 atau lebih, lebih kecil) atau mengeluarkan energi tertentu. Keadaan inti atom ini disebut radioaktif dan perubahan sebagai peluruhan. Pada waktu meluruh terjadi radiasi partikel (radiasi elektromagnetik).
Sinar partikel adalah sinar a (inti helium = 2 He) dan sinar b (elektron = e) sedangkan gelombang elektromagnetik sebagai sinar g.
Di Indonesia, sinar b dari isotop I131 untuk terapi hypertroidisme dan Ca thyroid; sinar g I131 mempunyai daya tembus besar untuk scanning kelenjar thyroid dan grafik renogram.
Instrumen (Gama kamera)
Detektornya merupakan rangkaian elektronik yang dapat merubah sinar g menjadi data yang dapat dimiliki. Detektor skintilasi adalah kristal NaI, bila terkena sinar g terjadi eksitasi dan sinar berkilau, bila membentur lapisan fotoelektrik terjadi elektron, diperbanyak dg multiplier terbentuk pulsa listrik sehingga data di layar skala berupa angka pada pemeriksaan up take kelenjar thyroid, grafik pada renogram dan titik-titk pada scanning organ.
Besarnya angka, tingginya grafik dan banyaknya titik-titik dalam satuan waktu sebanding dengan banyaknya sinar g yang membentur kristal.
Keadaan sumber radiasi dinilai sebagai peta energi berbentuk angka, scanning dan grafik.
Radio-farmaka
Radio-farmaka senyawa aktif yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui oral, injeksi untuk menegakkan diagnosa, terapi dan ikut metabolisme tubuh secara selektif. Untuk menilai keadaan tubuh atau organ dimana organ sebagai sumber radiasi sehingga hanya organ tersebut yang menangkap unsur radioaktif secara selektif.
Komponen radio-farmaka :
a. Radio aktif : menandai lbh dari satu pembawa materi.
b. Pembawa materi :
- Dapat ditandai oleh lebih satu radioaktif.
- Membawa radio-aktif ke organ tubuh tertentu yang dapat ditempati atau
menangkap  pembawa materi sehingga bahan radio-aktif sebagai sumber
radiasi.
Bila sebagian atau seluruh organ gagal ditempati/menangkap radio-farmaka atau sebaliknya terlalu banyak maka peta energi organ tersebut berubah.
Misalnya pada abses hati menimbulkan gambaran cold area karena kegagalan sel hati di daerah abses untuk menangkap radio-farmaka.
Metoda penempatan radiofarmaka dalam organ tubuh
1. Proses fagositosis:
-  Pembawa materi mikrokoloid : Tc 99 m, In – 113 m atau Av – 198 difagositosit
system retikulo endothelial (RES) tubuh setelah diinjeksikan intra vena.
- Untuk scanning hati, limpa, sumsum tulang dan kelenjar getah bening regional
diberikan subkutan.
2. Transportasi aktif:
- Secara aktif sel-sel organ tubuh memindahkan radio-farmaka dari plasma darah
ke dalam organ kemudian ikut metabolisme atau dikeluarkan dari tubuh.
- I131 berbentuk garam sodium ditransfer ke sel thyroid untuk membuat T3 dan T4
- Tc – 99 m IDA dan I 131 Rose Bengal oleh sel polygonal hati ditransfer dari
darah kemudian diekskresi ke usus lewat sel empedu.
- I131 Hippuran diekskresi sel tubuli untuk memeriksa fungsi ginjal dengan
pemeriksaan renogram.
3. Penghalang kapiler
- Pembawa materi makrokoloid 20 – 30 m, diinjeksikan intra vena menjadi
penghalang kapiler paru.
- Tc – 99 m makro koloid, membuat scanning perfusi paru untuk mendeteksi
emboli paru.
4. Pertukaran difus:
- Pembawa materi yang telah ditandai radio aktif akan saling tukar tempat dengan
senyawa yang sama dari organ tubuh.
- Polifosfat Tc – 99 m bertukar tempat dengan senyawa polifosfat, distribusi Tc –
99 m dalam tulang akan merata 3 jam setelah diberikan radiofarmaka.
- RIHSA dan cairan interselluler otak bila ada kerusakan sawar darah otak untuk
deteksi lesi otak.
5. Kampertemental
- Radio-farmaka dapat menggambarkan blood pool karena keberadaanya cukup
lama dalam darah, digunakan untuk scanning jantung (ventrikulo-grafi) dan
placenta (plasentografi) karena bahaya terhadap janin diganti dengan USG.
- RIHSA, Cr51 eritrosit atau Tc – 99 m Sn erithrosit untuk ventrikulo-grafi.
6. Pengasingan sel:
- Erithrosit ditandai oleh Cr51 dan dipanaskan 500 C selama 1 menit kemudian
dimasukkan kembali ke dalam tubuh secara intra vena kemudian diasingkan ke
limpa untuk scanning limpa.
- Penempatan TI201 dalam miokard jantung sehat dan terjadinya defect aktifitas
permanen di daerah infark atau defect sementara di miokard yang iskemik.
Radio-isotop sebagai pencitraan diagnostik
Radio-isotop memberikan data pencitraan (imaging) organ merupakan pemeriksaan in vivo oleh karena menjadikan organ tubuh sebagai sumber radiasi. Peta energi sumber radiasi dapat diamati untuk menentukan besar, bentuk dan letak organ serta kelainannya. Radio-farmaka yang tidak diberikan penderita untuk menghitung konsentrasi hormon atau obat dalam darah. Dengan mengambil sample plasma penderita dan direaksikan dengan radioaktif yang ditetapkan baik reaksi kompetitif maupun reaksi immunology menghasilkan ketepatan baik, misalnya Reaksi Radio Immuno Assay (RIA) untuk menghitung hormon T3 dan T4.
Scaning tulang
Kegunaan: Mendeteksi tumor primer dan metastasis keganasan.
Isotop dan dosis: Tc-99 m-MDP, 10 – 15 mCi i.v memancarkan sinar g 140 kev.
Cara pemeriksaan: 3 – 4 jam kemudian diperiksa kamera gamma.
Scanning hati dan limpa
Kegunaan: – Mengevaluasi bentuk, ukuran dan letak hati dan limpa
- Mendeteksi lesi fokal: keganasan, abses dan kista
- Mendeteksi lesi difus: cirrhosis hepatis.
Isotop dan dosis: Tc 99m mikrokoloid, 1-2 mCi i .v memancarkan sinar g 140 kev.
Cara pemeriksaan: 10 menit kemudian diperiksa kamera gamma.
Scanning thyroid
Kegunaan: – Menilai bentuk dan letak thyroid
- Mengevaluasi nodul thyroid berfungsi atau tidak, pra dan pasca operasi,
efek terapi thyroid.
Isotop dan dosis: I131 garam sodium, 30 – 100 mCi oral memancarkan sinar g 364 kev.
Cara pemeriksaan: Up take I 2 jam, II 24 jam, III 48 jam, diperiksa kamera gamma.
Renogram dan scanning ginjal
a. Renogram
Kegunaan: – Menilai kelainan unilateral ginjal: hypertensi renal dan cangkok ginjal.
- Mengevaluasi obstruksi, nekrosis tubuler, pielonefritis, glomerulonefritis
Isotop dan dosis : I132 orthohipporate i.v, ½ mCi per kg berat badan memancarkan
sinar g 364 kev.
Cara pemeriksaan: 30 detik sebelum i.v ditandai, 30 menit kemudian atau sampai
aktivitis 50 % di ginjal.
b. Scanning ginjal
Kegunaan: – Informasi bentuk, besar dan letak ginjal.
- Mengevaluasi trauma dan kista ginjal.
Isotop dan dosis: Tc-99m-DTPA, 3 – 5 mCi i.v memancarkan sinar g 140 kev.
Cara pemeriksaan: Kencing dulu, 1 – 2 jam kemudian diperiksa kamera gamma
energi rendah.
.
Scanning Paru
Kegunaan: Mendeteksi emboli paru, emfisema, hipertensi pulmonal dan kanker paru.
Isotop dan dosis : Tc-99m-makrokoloid, 2 mCi  i.v memancarkan sinar g 140 kev.
Cara pemeriksaan: inspirasi beberapa kali dan tidur terlentang tanpa bantal kemudian
diperiksa kamera gamma energi rendah.
Scanning Jantung
Kegunaan: – Mendeteksi darah di jantung, kemampuan pompa dan myocard.
- ventikulo-grafi
Isotop dan dosis: Tc-99 m-human serum albumin, Tc-99m Sn erythrocyte dan In-
113m-transferin.
Scanning otak
Kegunaan: Mendeteksi kerusakan sawar darah otak (blood brain barrier).
Isotop dan dosis: Tc-99 m-pertecknetate i.v dengan dosis 20 mCi per kg berat badan.
Cara pemeriksaan: 1 – 3 jam kemudian diperiksa kamera gamma energi rendah.
MAGNETIC RESONANCE IMAGIING (MRI)
MRI adalah suatu cara pemeriksaan diognostik ilmu kedokteran khususnya radiologi yang menghasilkan gambaran potngan tubuh manusia dengan menggunakan medan magnet tanpa sinar X.
MRI dapat memberi info anatomi dan fisiologi secara non invasive.
Modalitas berbasis komputer [=CT]
Prinsip fisika beda dengan konvensional ataupun CT
Prinsip dasar MRI adalah atom yang bergetar dalam magnet. Pada prinsip ini yang merupakan inti atom hidrogen, bila ditembak tegak lurus pada pintinya di dalam magnet berfrekuansi tinggi secara periodik, maka proton tersebut akan bergerak (bergetar). Bila medan magnet berfrekuensi tinggi ini dimatikan maka proton yang bergetar tersebut akan kembali ke posisi semula dan akan menginduksi satu kumparan yang menghasilkan sinyal elektrik yang lemah. Bila hal ini terjadi berulang-ulang dan sinyal listrik tersebut ditangkap kemudian diproses dalam komputer akan dapat disusun menjadi suatu gambar.
Metode ini dipakai pada tubuh manusia karena mempunyai konsentrasi atom hidrogen yang tinggi (70%). Untuk menghasilkan sebuah gambar dari proton dibutuhkan tenaga medan magnet 0,15-0,50 Tesla yang dihasilkan melalui magnet untuk suatu medan magnet yang rendah 0,25 Tesla dibutuhkan kumparan yang normal dimana tenagag listrik diubah menjadi panas. Untuk medan magnet di atas 0,30 Tesla dibutuhkan suatu kumparan khusus kumparan ini ekstrem tinggi (- 269oC) sehingga tahanannya tidak ada sama sekali. Oleh karena itu kumparan khusus tersebut tidak memakai listrik (sangat mahal)

Perbedaan MRI dengan konvensional radiolography dan CT Scan

Konvensional radiolography :
-          superimposed / flat hanya 2 dimensi perlu proyeksi multi, media kontras
-          kemampuan membedakan jaringan [imaging contrast] terbatas, ini tergantung pada:  – Perbedaan x-ray attenuation
- Kwalitas media { mis : film }
-          tak dapat mendeteksi perubahan atenuasi yang kecil, hanya antara udara, fat, soft tissue, tulang, logam.
-          Kebanyakan organ tak bisa dideteksi hanya berdasarkan perbedaan attenuase (liver dengan lien) sehingga perlu media kontras.
CT Scan:
-  Memakai x-ray
-  Lebih sensitive menilai perubahan attenuasi yang minimal.
MRI :
-  Tidak memakai x-ray
- Informasi gambar sama dengan CT Scan
- Tidak tergantung perubahan attenuasi
- Tergantung pada interaksi jaringan dengan kekuatan elektromagnetik
Keuntungan MRI
Keuntungan pemeriksaan dengan teknik MRI :
  1. Tidak memakai sinar X
  2. Tidak merusak kesehatan
  3. Banyak pemeriksaan tanpa memerlukan zat kontras
  4. Informasi gambar yang jelas dan menunjukkan parameter biologis
  5. Menghasilkan potongan 3 dimensi (aksial, frontal, sagital) dan banyak potongan yang dibuat hanya dalam satu waktu (lebih 8 potongan sekaligus)
Komposisi sebuah pesawat MRI:
  1. Magnet kekuatan antara 0,064 – 1,5 Tesla (T)
  2. Coil, alat pemancar dan penerima RF
  3. Sistem komputer yang canggih.
  4. Tenaga listrik dan sistem pendingin
MR signal ditunjukkan dengan jumlah nucleus yang mengalami presisi (spin density) pada volume tertentu.
Dari segi kekuatan magnet:
  1. high field magnet     > 1,5 T
  2. middle field magnet  0,5 – 1,5 T
  3. low field magnet      < 0,5 T (1 tesla = 10.000 gauss)
Dari jenis / tipe magnetnya:
  1. superconductive
  2. resistive
  3. permanent
Media kontras MRI :
Mempengaruhi waktu relaksasi, memperpendek T1 Dan T2 sehingga signal lebih
kuat.
Klasifikasi :
  1. Ferromagnetik
  2. Paramagnetic, mis: gadolinium, paling sering dipakai
  3. Superparamagnetic
MRI Safety:
Dapat mengenai penderita atau petugas karena faktor-faktor:
  1. medan magnet
  2. noise
  3. gas (helium)
  4. claustrophobia
  5. kontras media
Magnet:
  1. Efek biologik:
-   perubahan ringgan ECG (T wave elevation), temporer
-   stimulasi langsung pada sel otot dan syaraf karena induksi aliran listrik : magnetophosphenes
-   peningkatan ringan suhu badan
  1. Efek non biologik:
-   menyangkut benda-benda yang bersifat ferromagnetic dan elektrikal device, akan mengalami missle effect karena tarikan megnet
-   efek pemanasan logam ——— merusak jaringan
Noise: Gangguan pendengaran temporer / permanen, diatasi dengan Headphone
/earplug.
Gas: Helium sebagai pendingin pada magnet superconductive
—— menguap : asfiksi
—— kondensasi : frost bite
Penggunaan MRI
MRI merupakan pemeriksaan rutin di klinik/rumah sakit besar. Dengan MRI pada prinsipnya hampir semua irgan tubuh dapat diperiksa, mulai dari kepala sampai kaki terutama untuk pemeriksaan kepala & tulang bekang yang pada pemeriksaan CT scan tidak dapat dilihat kelainannya.
Indikasi:
  1. tumor CNS
  2. penyakit myelum
  3. memperjelas batas antara tumor denga undema otak
  4. membedakan tumor recurrent dengan fibrosis post radiasi
  5. membedakan prolaps discuss recurrent dengan fibrosis post operasi
  6. cardiac / vascular imaging
Kontra Indikasi :
Absolut tidak ada, hampir sama dengan iodium
Pada kehamilan (?)
Dosis : 0,2 ml / kg BB
Efek samping :
Rasa panas, nyeri, nausea, dizziness, headche, anaphylactic dll
Persiapan pasien :
-          penjelasan tentang cara pemeriksaan (perlu kerja sama yang baik).
-          Deteksi ada tidaknya alat/bahan yang ferromagnetic maupun electrical devices ( pacu jantung)
-          Penderita diminta kencing dulu
-          Bila menggunakan Kontras, puas minimal 2 jam
Langkah-langkah pemeriksaan MRI:
  1. penderita diletakkan dalam medan magnet
  2. organ yang akan diperiksa “dibungkus” dengan coil
  3. gelombang RF dihidupkan / dikirim kemudian …..
  4. pulsa RF distop / dimatikan, kemudian …..
  5. signal yang terbentuk direkam untuk …..
dibuat rekontruksi gambar
Lain-lain :
-          petugas yang masuk ruang dibatasi
-          alat-alat penunjang(respirator, tabung oksigen, tracheostomy, collar brace dll, harus bukan dari logam)
-          Wanita hamil trimester I: tidak dapat diperiksa dan tidak boleh masuk ruang periksa.
PROTEKSI RADIASI
Tujuan proteksi radiasi :
a. Pada pasien : Dosis radiasi harus sekecil mungkin sesuai keharusan klinis.
b. Pada personil : Dosis radiasi yang diterima harus serendah mungkin dan dalam
keadaan bagaimanapun juga tidak boleh melebihi dosis maksimum yang di
perkenankan.
Satuan-Satuan Radiasi
Rontgen
Rontgen adalah satuan pemaparan radiasi yg memberikan muatan 2,58.10-4 Coulomb per kg udara.
Rad
Rad adalah satuan dosis serap.
1 rad : radiasi yang diperlukan untuk melepaskan tenega 100 erg dalam 1 gram bahan yang disinar (1 rad = 100 erg/gram)
Rad tidak tergantung komponen bahan yang disinar dan tenaga radiasi, tetapi jumlah rad per R pemaparan berbeda dengan tenaga berkas sinar dan komposisi bahan serap.
Gray (Gy)
1 Gray= 100 rad
1Cgy= 1 rad
Rem(Rad Equivalent Man)
Rem adalah satuan dosis ekuivalen.
Rem = rad x factor kualitas
Rem merupakan ukuran efek biologis akibat radiasi.
Karena faktor kualitas untuk sinar x dan g = 1, maka Roentgen = 1 Rad = 1 Rem
Karena tenaga yang dilepaskan ke dalam jaringan lunak oleh 1 Rontgen pemaparan hanya 5% lebih besar dari 1 Rad.
Sievert (Sv)
1 Sievert (Sv) = 100 rem
RBE (relatives biological effectivemen)
Perbandingan dosis sinar x 250 K dengan dosis radiasi lain yang efek biologis sama dengan dosis sinar x 250 K dengan efek biologik tertentu / dosis radiasi lain dengan efek biologik yang sama.
Faktor kualitas berbagai jenis radiasi
Jenis radiasi
Faktor kualitas
Sinar x
Sinar gamma
Partikel beta
Proton
Neutron lambat
Neutron cepat
Partikel alfa
1
1
1
5
3
10
20
Nilai batas yang diizinkan
Untuk perorangan, dosis yang terakumulasi selama jangka waktu panjang atau hasil penyinaran tunggal yang mengandung kemungkinan kerusakan sitomatik atau genetik yang dapat diabaikan dan besar dosis ditentukan pada setiap efek yang sering terjadi terbatas pada akibat yang ringan, sehingga tidak akan dianggap tidak dapat diterima oleh seseorang yang tersinari dan oleh instansi yang berwenang dalam bidang medis.
Pengendalian tingkatan pemaparan radiasi
Cara Pengendalian tingkatan pemaparan radiasi :
1. Jarak : Intensitas radiasi dipengaruhi oleh hukum kuadrat terbalik sehingga
cara ini efektif.
2. Waktu : Pemaparan dapat diatur dengan :
- Membatasi waktu generator dihidupkan.
- Pembatasan waktu berkas diarahkan ke ruang tertentu.
- Pembatasan waktu ruang yang dipakai.
3. Perisai : Digunakan bila ternyata jarak dan waktu tidak mencukupi, maka
dibuat dari timbal atau beton.
Jenis perisai :
Perisai primer: Memberi proteksi terhadap radiasi primer (berkas
sinar gamna)
Contoh: Tempat tabung sinar x dan kaca timbal
pada Tabir fluoroskopi
Perisai sekunder: Memberi proteksi terhadap radiasi sekunder
(sinar bocor dan hambur)
Contoh: Tabir sarat timbal pada tabir fluroskopi,
pakaian proteksi, kursi fluoroskopi dan perisai
yang dapat dipindah-pindah.
Proteksi radiasi
a. Pada pasien:
1. Pemeriksaan sinar x hanya atas permintaan seseorang dokter.
2. Pemakaian filtrasi maksimum pada sinar primer.
3. Pemakaian voltage yang lebih tinggi (bila mungkin) sehingga daya tembusnya
lebih kuat
4. Jarak focus pasien jangan terlalu pendek.
Hukum kuadrat terbalik: Intensitas sinar x berbanding terbalik dengan jarak
pangkat dua.
Jarak focus kulit pada:
- sinar tembus tidak boleh kurang dari 45 cm.
- radiografi tidak boleh kurang dari 90 cm
5. Daerah yang disinari harus sekecil mungkin, misalnya dengan menggunakan
konus (untuk radiografi) atau diafragma (untuk sinar tembus).
6. Waktu penyinaran sesingkat mungkin.
Contoh : pemeriksaan sinar tembus tidak boleh melebihi 5 menit pada salah satu
bagian tubuh.
7. Alat-alat kelamin dilindungi.
8. Pasien hamil, terutama trisemester pertama tidak boleh diperiksa radiologik.
9. Peningkatan sistem pertahanan seluler radiasi dengan antioksidan: Cystein,
vitamin E dan vitamin C.
b. Pada dokter pemeriksa dan petugas radiologi:
1. Hindari penyinaran bagian-bagian tubuh tidak terlindungi
2. Pemakaian sarung tangan, apron atau gaun pelindung yanqg berlapis Pb dengan
tebal maksimum 0,5 mm Pb.
3. Hindari melakukan sinar tembus, usahakan melakukan radiografi
4. Hindari pemeriksaan sinar tembus tulang-tulang kepala (head fluoroscopy)
5. Akomodasi mata sebelum melakukan pemekrisaan sinar tembus paling sedikit
selama 20 menit.
6. Gunakan alat-alat pengukur sinar Rontgen.
7. Pemeriksaan pesawat sebelum dipakai.
Contoh: Perlindungan terhadap bahaya elektris.
Adanya kebocoran pada tabung pesawat.
Voltage yang aman dan lamanya.
8. Pemeriksaan rutin terhadap kemungkinan bocor / rusaknya perlengkapan-
perlengkapan pelindung berlapis Pb.
Alat-alat yang dipakai untuk mencatat dosis personil :
1. Film Badge: Mencatat dosis radiasi yang diterima personil yang terkena
berbagai jenis radiasi dan mampu mencatat dosis radiasi yang
berasal dari  sumber-sumber radiasi yang berlainan kualitasnya.
2. Dosimeter Saku: Pengukuran dosis yang mempunyai respon terhadap radiasi
sebanding dengan jumlah pasangan ion yang dihasilkan selama
perjalanan melalui elemen pendeteksian selain itu pengukurannya
lebih teliti dari pada film badge.
Alat Pengukuran Radiasi
Menggunakan Geiger-Muller Survey meter yang bacaannya berlangsung dalam mR/jam (milli Rontgen per jam) atau count per menit dengan penggunaannya di radio-diagnostik :
  1. Mengukur laju pemaparan radiasi di tempat-tempat personil bekerja, dinding luar ruang sinar x, pintu, jendela kaca Pb.
  2. Memeriksa apakah alat-alat proteksi memenuhi syarat proteksi.
Tata tertip penggunaan untuk proteksi personil
Personil dianjurkan memakai film badge terus menerus dan di ruang pesawat sinar x diagnostik personil:
1. Diharuskan menggunakan perisai dan pakaian proteksi yang tersedia
2. Tidak boleh memegang pasien selama penyinaran
3. Bila memakai pesawat sinar x dental dan mobil x-Ray unit (tanpa perisai
pelindung) harus berdiri di luar berkas sinar dan sejauh mungkin dari pasien.


rontGen-aRea

Berkisah tentang apa saja yang inspiratif agar hidup lebih hidup. Namun, karena dikelola oleh orang yang sudah sangat lama didunia "radiografi" jadi harap maklum bila isi didominasi mengenai dunia ke'radiologi'an. Andapun boleh berkontribusi, dengan cara mengisi formulir yang terdapat di halaman terakhir blog ini , selamat berkontribusi !!

KESELAMATAN KERJA RADIOLOGI

Radiasi yang digunakan di Radiologi di samping bermanfaat untuk membantu menegakkan diagnosa, juga dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja radiasi dan masyarakat umum yang berada disekitar sumber radiasi tersebut. Besarnya bahaya radiasi ini ditentukan oleh besarnya radiasi, jarak dari sumber radiasi, dan ada tidaknya pelindung radiasi.

Upaya untuk melindungi pekerja radiasi serta masyarakat umum dari ancaman bahaya radiasi dapat dilakukan dengan cara :
1. Mendesain ruangan radiasi sedemikian rupa sehingga paparan radiasi tidak melebihi batas-batas yang dianggap aman.
2. Melengkapi setiap ruangan radiasi dengan perlengkapan proteksi radiasi yang tepat dalam jumlah yang cukup.
3. Melengkapi setiap pekerja radiasi dan pekerja lainnya yang karena bidang pekerjaannya harus berada di sekitar medan radiasi dengan alat monitor radiasi.
4. Memakai pesawat radiasi yang memenuhi persyaratan keamanan radiasi.
5. Membuat dan melaksankan prosedur bekerja dengan radiasi yang baik dan aman.



1. Desain dan paparan di ruangan radiasi

a. Ukuran Ruangan Radiasi
· Ukuran minimal ruangan radiasi sinar-x adalah panjang 4 meter, lebar 3 meter, tinggi 2,8 meter.
· Ukuran tersebut tidak termasuk ruang operator dan kamar ganti pasien.

b. Tebal Dinding
· Tebal dinding suatu ruangan radiasi sinar-x sedemikian rupa sehingga penyerapan radiasinya setara dengan penyerapan radiasi dari timbal setebal 2 mm.
· Tebal dinding yang terbuat dari beton dengan rapat jenis 2,35 gr/cc adalah 15 cm.
· Tebal dinding yang terbuat dari bata dengan plester adalah 25 cm.

c. Pintu dan Jendela
· Pintu serta lobang-lobang yang ada di dinding (misal lobang stop kontak, dll) harus diberi penahan-penahan radiasi yang setara dengan 2 mm timbal.
· Di depan pintu ruangan radiasi harus ada lampu merah yang menyala ketika meja kontrol pesawat dihidupkan.
· Tujuannya adalah :
ã Untuk membedakan ruangan yang mempunyai paparan bahaya radiasi dengan ruangan yang tidak mempunyai paparan bahaya radiasi.
ã Sebagai indikator peringatan bagi orang lain selain petugas medis untuk tidak memasuki ruangan karena ada bahaya radiasi di dalam ruangan tersebut.
ã Sebagai indikator bahwa di dalam ruangan tersebut ada pesawat rontgen sedang aktif.
ã Diharapkan ruangan pemeriksaan rontgen selalu tertutup rapat untuk mencegah bahaya paparan radiasi terhadap orang lain di sekitar ruangan pemeriksaan rontgen.

· Jendela di ruangan radiasi letaknya minimal 2 meter dari lantai luar. Bila ada jendela yang letaknya kurang dari 2 meter harus diberi penahan radiasi yang setara dengan 2 mm timbal dan jendela tersebut harus ditutup ketika penyinaran sedang berlangsung.
· Jendela pengamat di ruang operator harus diberi kaca penahan radiasi minimal setara dengan 2 mm timbal.

d. Paparan Radiasi
· Besarnya paparan radiasi yang masih dianggap aman di ruangan radiasi dan daerah sekitarnya tergantung kepada pengguna ruangan tersebut.
· Untuk ruangan yang digunakan oleh pekerja radiasi besarnya paparan 100 mR/minggu.
· Untuk ruangan yang digunakan oleh selain pekerja radiasi besarnya paparan 10 mR/minggu.


2. Perlengkapan Proteksi Radiasi

a.Pakaian Proteksi Radiasi (APRON)
Setiap ruangan radiasi disediakan pakaian proteksi radiasi dalam jumlah yang cukup dan ketebalan yang setara dengan 0,35 mm timbal.

b.Sarung tangan timbal
Setiap ruangan fluoroskopi konvensional harus disediakan sarung tangan timbal.


3. Alat monitor Radiasi

a. Film Badge
· Setiap pekerja radiasi dan/atau pekerja lainnya yang karena bidang pekerjaannya harus berada di sekitar medan radiasi diharuskan memakai film badge setiap memulai pekerjaannya setiap hari.
· Film badge dipakai pada pakaian kerja pada daerah yang diperkirakan paling banyak menerima radiasi atau pada daerah yang dianggap mewakili penerimaan dosis seluruh tubuh seperti dada bagian depan atau panggul bagian depan.

b. Survey meter
Di unit radiologi harus disediakan alat survey meter yang dapat digunakan untuk mengukur paparan radiasi di ruangan serta mengukur kebocoran alat radiasi.


4
. Pesawat Radiasi
a. Kebocoran tabung
Tabung pesawat rontgen (tube) harus mampu menahan radiasi sehingga radiasi yang menembusnya tidak melebihi 100 mR per jam pada jarak 1 meter dari fokus pada tegangan maksimum.

b. Filter
Filter radiasi harus terpasang pada setiap tabung pesawat rontgen.

c. Diafragma berkas radiasi
· Diafragma berkas radiasi pada suatu pesawat harus berfungsi dengan baik.
· Ketebalan difragma minimal setara dengan 2 mm timbal.
· Posisi berkas sinar difragma harus berhimpit dengan berkas radiasi.

d. Peralatan Fluoroskopi
· Tabir flouroskopi harus mengandung gelas timbal dengan ketebalan yang setara dengan 2 mm timbal untuk pesawat rontgen berkapasitas maksimum 100 KV atau 2,5 mm timbal untuk pesawat rontgen berkapasitas maksimum 150 KV.
· Karet timbal yang digantungkan pada sisi tabir flouroskopi harus mempunyai ketebalan setara dengan 0,5 timbal dengan ukuran 45 x 45 cm.
· Tabung peswat rontgen dengan tabir flouroskopi harus dihubungkan secara permanen dengan sebuah stop kontak otomatis harus dipasang untuk mencegah beroperasinya pesawat apabila pusat berkas radiasi tidak jatuh tepat di tengah-tengah tabir flouroskopi.
· Semua peralatan flouroskopi harus dilengkapi dengan tombol pengatur waktu yang memberikan peringatan dengan bunyi sesudah waktu penyinaran terlampaui. Penyinaran akan berakhir jika pengatur waktu tidak di reset dalam waktu satu menit.

5. Pemeriksaan Kesehatan
Setiap pekerja radiasi harus menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala sedikitnya sekali dalam setahun.

6. Kalibrasi Pesawat Rontgen
Pesawat rontgen harus dikalibrasi secara berkala terutama untuk memastikan penunjukkan angka-angkanya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

7. Dosis Radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi
· Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi didasarkan atas rumus dosis akumulasi :
D = 5 ( N - 18 ) rem

D :Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi selama masa kerjanya
N :Usia pekerja radiasi yang bersangkutan dinyatakan dalam tahun
18:Usia minimum seseorang yang diizinkan bekerja dalam medan radiasi dinyatakan dalam tahun

· Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka waktu 1 tahun ialah 5 rem.
· Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka waktu 13 minggu ialah 1,25 rem . Sedangkan untuk wanita hamil 1 rem.
· Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka waktu satu minggu adalah 0,1 rem.

8. Ekstra Fooding
Rumah sakit berkewajiban menyediakan makanan ekstra puding yang bergizi bagi pekerja radiasi untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap radiasi.

9. Prosedur Kerja di Ruangan Radiasi
1. Menghidupkan lampu merah yang berada di atas pintu masuk ruang pemeriksaan.
2. Berkas sinar langsung tidak boleh mengenai orang lain selain pasien yang sedang diperiksa.
3. Pada waktu penyinaran berlangsung, semua yang tidak berkepentingan berada di luar ruangan pemeriksaan , sedangkan petugas berada di ruang operator. Kecuali sedang menggunakan flouroskopi maka petugas memakai pakaian proteksi radiasi.
4. Waktu pemeriksaan harus dibuat sekecil mungkin sesuai dengan kebutuhan.
5. Tidak menyalakan flouroskopi apabila sedang ada pergantian kaset.
6. Menghindarkan terjadinya pengulangan foto.
7. Apabila perlu pada pasien dipasang gonad shield.
8. Ukuran berkas sinar harus dibatasi dengan diafragma sehingga pasien tidak menerima radiasi melebihi dari yang diperlukan.
9. Apabila film atau pasien memerlukan penopang atau bantuan, sedapat mungkin gunakan penopang atau bantuan mekanik. Jika tetap diperlukan seseorang untuk membantu pasien atau memegang film selama penyinaran maka ia harus memakai pakaian proteksi radiasi dan sarung tangan timbal serta menghindari berkas sinar langsung dengan cara berdiri disamping berkas utama.
10. Pemeriksaan radiologi tidak boleh dilakukan tanpa permintaan dari dokter.

10. Prosedur Kerja di Ruang ICU dengan menggunakan Mobile Unit X-Ray
1. Berkas sinar langsung tidak boleh mengenai orang lain selain pasien yang sedang diperiksa.
2. Pada waktu penyinaran berlangsung, semua petugas harus berada sejauh mungkin dari pasien dan memakai pakaian proteksi radiasi.
3. Waktu pemeriksaan harus dibuat sekecil mungkin sesuai dengan kebutuhan.
4. Menghindarkan terjadinya pengulangan foto.
5. Apabila perlu pada pasien dipasang gonad shield.
6. Ukuran berkas sinar harus dibatasi dengan diafragma sehingga pasien tidak menerima radiasi melebihi dari yang diperlukan.
7. Apabila film atau pasien memerlukan penopang atau bantuan, sedapat mungkin gunakan penopang atau bantuan mekanik. Jika tetap diperlukan seseorang untuk membantu pasien atau memegang film selama penyinaran maka ia harus memakai pakaian proteksi radiasi dan sarung tangan timbal serta menghindari berkas sinar langsung dengan cara berdiri disamping berkas utama.



Sehat adalah harta yang tak ternilai

radio-isotop (kedokteran nuklir)

Posted by riega | Uncategorized | Wednesday 31 March 2010 9:16 pm
Radio-isotop adalah bidang kedokteran memanfaatkan materi radioaktif untuk menegakkan diagnosa, terapi dan mempelajari penyakit manusia. Henry N Wagner Jr, radio-isotop nuklir sebagai segi tiga dengan sisi-sisi: radio farmaka, instrumen, biomedik dan penderita di tengah-tengah. Atom terdiri inti, neutron dan proton yang dikelilingi lintasan elektron K, L, H, O dan Q.
Dalam keadaan stabil, energi ikatan inti atom berada dalam tingkat tertentu. Keadaan tidak stabil, energi ikatan inti atom berubah sehingga inti atom akan berusaha untuk mencapai tingkat keseimbangan yang baru dengan memecahkan diri (inti atom menjadi 2 atau lebih, lebih kecil) atau mengeluarkan energi tertentu. Keadaan inti atom ini disebut radioaktif dan perubahan sebagai peluruhan. Pada waktu meluruh terjadi radiasi partikel (radiasi elektromagnetik).
Sinar partikel adalah sinar a (inti helium = 2 He) dan sinar b (elektron = e) sedangkan gelombang elektromagnetik sebagai sinar g.
Di Indonesia, sinar b dari isotop I131 untuk terapi hypertroidisme dan Ca thyroid; sinar g I131 mempunyai daya tembus besar untuk scanning kelenjar thyroid dan grafik renogram.
Instrumen (Gama kamera)
Detektornya merupakan rangkaian elektronik yang dapat merubah sinar g menjadi data yang dapat dimiliki. Detektor skintilasi adalah kristal NaI, bila terkena sinar g terjadi eksitasi dan sinar berkilau, bila membentur lapisan fotoelektrik terjadi elektron, diperbanyak dg multiplier terbentuk pulsa listrik sehingga data di layar skala berupa angka pada pemeriksaan up take kelenjar thyroid, grafik pada renogram dan titik-titk pada scanning organ.
Besarnya angka, tingginya grafik dan banyaknya titik-titik dalam satuan waktu sebanding dengan banyaknya sinar g yang membentur kristal.
Keadaan sumber radiasi dinilai sebagai peta energi berbentuk angka, scanning dan grafik.
Radio-farmaka
Radio-farmaka senyawa aktif yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui oral, injeksi untuk menegakkan diagnosa, terapi dan ikut metabolisme tubuh secara selektif. Untuk menilai keadaan tubuh atau organ dimana organ sebagai sumber radiasi sehingga hanya organ tersebut yang menangkap unsur radioaktif secara selektif.
Komponen radio-farmaka :
a. Radio aktif : menandai lbh dari satu pembawa materi.
b. Pembawa materi :
- Dapat ditandai oleh lebih satu radioaktif.
- Membawa radio-aktif ke organ tubuh tertentu yang dapat ditempati atau
menangkap  pembawa materi sehingga bahan radio-aktif sebagai sumber
radiasi.
Bila sebagian atau seluruh organ gagal ditempati/menangkap radio-farmaka atau sebaliknya terlalu banyak maka peta energi organ tersebut berubah.
Misalnya pada abses hati menimbulkan gambaran cold area karena kegagalan sel hati di daerah abses untuk menangkap radio-farmaka.
Metoda penempatan radiofarmaka dalam organ tubuh
1. Proses fagositosis:
-  Pembawa materi mikrokoloid : Tc 99 m, In – 113 m atau Av – 198 difagositosit
system retikulo endothelial (RES) tubuh setelah diinjeksikan intra vena.
- Untuk scanning hati, limpa, sumsum tulang dan kelenjar getah bening regional
diberikan subkutan.
2. Transportasi aktif:
- Secara aktif sel-sel organ tubuh memindahkan radio-farmaka dari plasma darah
ke dalam organ kemudian ikut metabolisme atau dikeluarkan dari tubuh.
- I131 berbentuk garam sodium ditransfer ke sel thyroid untuk membuat T3 dan T4
- Tc – 99 m IDA dan I 131 Rose Bengal oleh sel polygonal hati ditransfer dari
darah kemudian diekskresi ke usus lewat sel empedu.
- I131 Hippuran diekskresi sel tubuli untuk memeriksa fungsi ginjal dengan
pemeriksaan renogram.
3. Penghalang kapiler
- Pembawa materi makrokoloid 20 – 30 m, diinjeksikan intra vena menjadi
penghalang kapiler paru.
- Tc – 99 m makro koloid, membuat scanning perfusi paru untuk mendeteksi
emboli paru.
4. Pertukaran difus:
- Pembawa materi yang telah ditandai radio aktif akan saling tukar tempat dengan
senyawa yang sama dari organ tubuh.
- Polifosfat Tc – 99 m bertukar tempat dengan senyawa polifosfat, distribusi Tc –
99 m dalam tulang akan merata 3 jam setelah diberikan radiofarmaka.
- RIHSA dan cairan interselluler otak bila ada kerusakan sawar darah otak untuk
deteksi lesi otak.
5. Kampertemental
- Radio-farmaka dapat menggambarkan blood pool karena keberadaanya cukup
lama dalam darah, digunakan untuk scanning jantung (ventrikulo-grafi) dan
placenta (plasentografi) karena bahaya terhadap janin diganti dengan USG.
- RIHSA, Cr51 eritrosit atau Tc – 99 m Sn erithrosit untuk ventrikulo-grafi.
6. Pengasingan sel:
- Erithrosit ditandai oleh Cr51 dan dipanaskan 500 C selama 1 menit kemudian
dimasukkan kembali ke dalam tubuh secara intra vena kemudian diasingkan ke
limpa untuk scanning limpa.
- Penempatan TI201 dalam miokard jantung sehat dan terjadinya defect aktifitas
permanen di daerah infark atau defect sementara di miokard yang iskemik.
Radio-isotop sebagai pencitraan diagnostik
Radio-isotop memberikan data pencitraan (imaging) organ merupakan pemeriksaan in vivo oleh karena menjadikan organ tubuh sebagai sumber radiasi. Peta energi sumber radiasi dapat diamati untuk menentukan besar, bentuk dan letak organ serta kelainannya. Radio-farmaka yang tidak diberikan penderita untuk menghitung konsentrasi hormon atau obat dalam darah. Dengan mengambil sample plasma penderita dan direaksikan dengan radioaktif yang ditetapkan baik reaksi kompetitif maupun reaksi immunology menghasilkan ketepatan baik, misalnya Reaksi Radio Immuno Assay (RIA) untuk menghitung hormon T3 dan T4.
Scaning tulang
Kegunaan: Mendeteksi tumor primer dan metastasis keganasan.
Isotop dan dosis: Tc-99 m-MDP, 10 – 15 mCi i.v memancarkan sinar g 140 kev.
Cara pemeriksaan: 3 – 4 jam kemudian diperiksa kamera gamma.
Scanning hati dan limpa
Kegunaan: – Mengevaluasi bentuk, ukuran dan letak hati dan limpa
- Mendeteksi lesi fokal: keganasan, abses dan kista
- Mendeteksi lesi difus: cirrhosis hepatis.
Isotop dan dosis: Tc 99m mikrokoloid, 1-2 mCi i .v memancarkan sinar g 140 kev.
Cara pemeriksaan: 10 menit kemudian diperiksa kamera gamma.
Scanning thyroid
Kegunaan: – Menilai bentuk dan letak thyroid
- Mengevaluasi nodul thyroid berfungsi atau tidak, pra dan pasca operasi,
efek terapi thyroid.
Isotop dan dosis: I131 garam sodium, 30 – 100 mCi oral memancarkan sinar g 364 kev.
Cara pemeriksaan: Up take I 2 jam, II 24 jam, III 48 jam, diperiksa kamera gamma.
Renogram dan scanning ginjal
a. Renogram
Kegunaan: – Menilai kelainan unilateral ginjal: hypertensi renal dan cangkok ginjal.
- Mengevaluasi obstruksi, nekrosis tubuler, pielonefritis, glomerulonefritis
Isotop dan dosis : I132 orthohipporate i.v, ½ mCi per kg berat badan memancarkan
sinar g 364 kev.
Cara pemeriksaan: 30 detik sebelum i.v ditandai, 30 menit kemudian atau sampai
aktivitis 50 % di ginjal.
b. Scanning ginjal
Kegunaan: – Informasi bentuk, besar dan letak ginjal.
- Mengevaluasi trauma dan kista ginjal.
Isotop dan dosis: Tc-99m-DTPA, 3 – 5 mCi i.v memancarkan sinar g 140 kev.
Cara pemeriksaan: Kencing dulu, 1 – 2 jam kemudian diperiksa kamera gamma
energi rendah.
.
Scanning Paru
Kegunaan: Mendeteksi emboli paru, emfisema, hipertensi pulmonal dan kanker paru.
Isotop dan dosis : Tc-99m-makrokoloid, 2 mCi  i.v memancarkan sinar g 140 kev.
Cara pemeriksaan: inspirasi beberapa kali dan tidur terlentang tanpa bantal kemudian
diperiksa kamera gamma energi rendah.
Scanning Jantung
Kegunaan: – Mendeteksi darah di jantung, kemampuan pompa dan myocard.
- ventikulo-grafi
Isotop dan dosis: Tc-99 m-human serum albumin, Tc-99m Sn erythrocyte dan In-
113m-transferin.
Scanning otak
Kegunaan: Mendeteksi kerusakan sawar darah otak (blood brain barrier).
Isotop dan dosis: Tc-99 m-pertecknetate i.v dengan dosis 20 mCi per kg berat badan.
Cara pemeriksaan: 1 – 3 jam kemudian diperiksa kamera gamma energi rendah.
MAGNETIC RESONANCE IMAGIING (MRI)
MRI adalah suatu cara pemeriksaan diognostik ilmu kedokteran khususnya radiologi yang menghasilkan gambaran potngan tubuh manusia dengan menggunakan medan magnet tanpa sinar X.
MRI dapat memberi info anatomi dan fisiologi secara non invasive.
Modalitas berbasis komputer [=CT]
Prinsip fisika beda dengan konvensional ataupun CT
Prinsip dasar MRI adalah atom yang bergetar dalam magnet. Pada prinsip ini yang merupakan inti atom hidrogen, bila ditembak tegak lurus pada pintinya di dalam magnet berfrekuansi tinggi secara periodik, maka proton tersebut akan bergerak (bergetar). Bila medan magnet berfrekuensi tinggi ini dimatikan maka proton yang bergetar tersebut akan kembali ke posisi semula dan akan menginduksi satu kumparan yang menghasilkan sinyal elektrik yang lemah. Bila hal ini terjadi berulang-ulang dan sinyal listrik tersebut ditangkap kemudian diproses dalam komputer akan dapat disusun menjadi suatu gambar.
Metode ini dipakai pada tubuh manusia karena mempunyai konsentrasi atom hidrogen yang tinggi (70%). Untuk menghasilkan sebuah gambar dari proton dibutuhkan tenaga medan magnet 0,15-0,50 Tesla yang dihasilkan melalui magnet untuk suatu medan magnet yang rendah 0,25 Tesla dibutuhkan kumparan yang normal dimana tenagag listrik diubah menjadi panas. Untuk medan magnet di atas 0,30 Tesla dibutuhkan suatu kumparan khusus kumparan ini ekstrem tinggi (- 269oC) sehingga tahanannya tidak ada sama sekali. Oleh karena itu kumparan khusus tersebut tidak memakai listrik (sangat mahal)

Perbedaan MRI dengan konvensional radiolography dan CT Scan

Konvensional radiolography :
-          superimposed / flat hanya 2 dimensi perlu proyeksi multi, media kontras
-          kemampuan membedakan jaringan [imaging contrast] terbatas, ini tergantung pada:  – Perbedaan x-ray attenuation
- Kwalitas media { mis : film }
-          tak dapat mendeteksi perubahan atenuasi yang kecil, hanya antara udara, fat, soft tissue, tulang, logam.
-          Kebanyakan organ tak bisa dideteksi hanya berdasarkan perbedaan attenuase (liver dengan lien) sehingga perlu media kontras.
CT Scan:
-  Memakai x-ray
-  Lebih sensitive menilai perubahan attenuasi yang minimal.
MRI :
-  Tidak memakai x-ray
- Informasi gambar sama dengan CT Scan
- Tidak tergantung perubahan attenuasi
- Tergantung pada interaksi jaringan dengan kekuatan elektromagnetik
Keuntungan MRI
Keuntungan pemeriksaan dengan teknik MRI :
  1. Tidak memakai sinar X
  2. Tidak merusak kesehatan
  3. Banyak pemeriksaan tanpa memerlukan zat kontras
  4. Informasi gambar yang jelas dan menunjukkan parameter biologis
  5. Menghasilkan potongan 3 dimensi (aksial, frontal, sagital) dan banyak potongan yang dibuat hanya dalam satu waktu (lebih 8 potongan sekaligus)
Komposisi sebuah pesawat MRI:
  1. Magnet kekuatan antara 0,064 – 1,5 Tesla (T)
  2. Coil, alat pemancar dan penerima RF
  3. Sistem komputer yang canggih.
  4. Tenaga listrik dan sistem pendingin
MR signal ditunjukkan dengan jumlah nucleus yang mengalami presisi (spin density) pada volume tertentu.
Dari segi kekuatan magnet:
  1. high field magnet     > 1,5 T
  2. middle field magnet  0,5 – 1,5 T
  3. low field magnet      < 0,5 T (1 tesla = 10.000 gauss)
Dari jenis / tipe magnetnya:
  1. superconductive
  2. resistive
  3. permanent
Media kontras MRI :
Mempengaruhi waktu relaksasi, memperpendek T1 Dan T2 sehingga signal lebih
kuat.
Klasifikasi :
  1. Ferromagnetik
  2. Paramagnetic, mis: gadolinium, paling sering dipakai
  3. Superparamagnetic
MRI Safety:
Dapat mengenai penderita atau petugas karena faktor-faktor:
  1. medan magnet
  2. noise
  3. gas (helium)
  4. claustrophobia
  5. kontras media
Magnet:
  1. Efek biologik:
-   perubahan ringgan ECG (T wave elevation), temporer
-   stimulasi langsung pada sel otot dan syaraf karena induksi aliran listrik : magnetophosphenes
-   peningkatan ringan suhu badan
  1. Efek non biologik:
-   menyangkut benda-benda yang bersifat ferromagnetic dan elektrikal device, akan mengalami missle effect karena tarikan megnet
-   efek pemanasan logam ——— merusak jaringan
Noise: Gangguan pendengaran temporer / permanen, diatasi dengan Headphone
/earplug.
Gas: Helium sebagai pendingin pada magnet superconductive
—— menguap : asfiksi
—— kondensasi : frost bite
Penggunaan MRI
MRI merupakan pemeriksaan rutin di klinik/rumah sakit besar. Dengan MRI pada prinsipnya hampir semua irgan tubuh dapat diperiksa, mulai dari kepala sampai kaki terutama untuk pemeriksaan kepala & tulang bekang yang pada pemeriksaan CT scan tidak dapat dilihat kelainannya.
Indikasi:
  1. tumor CNS
  2. penyakit myelum
  3. memperjelas batas antara tumor denga undema otak
  4. membedakan tumor recurrent dengan fibrosis post radiasi
  5. membedakan prolaps discuss recurrent dengan fibrosis post operasi
  6. cardiac / vascular imaging
Kontra Indikasi :
Absolut tidak ada, hampir sama dengan iodium
Pada kehamilan (?)
Dosis : 0,2 ml / kg BB
Efek samping :
Rasa panas, nyeri, nausea, dizziness, headche, anaphylactic dll
Persiapan pasien :
-          penjelasan tentang cara pemeriksaan (perlu kerja sama yang baik).
-          Deteksi ada tidaknya alat/bahan yang ferromagnetic maupun electrical devices ( pacu jantung)
-          Penderita diminta kencing dulu
-          Bila menggunakan Kontras, puas minimal 2 jam
Langkah-langkah pemeriksaan MRI:
  1. penderita diletakkan dalam medan magnet
  2. organ yang akan diperiksa “dibungkus” dengan coil
  3. gelombang RF dihidupkan / dikirim kemudian …..
  4. pulsa RF distop / dimatikan, kemudian …..
  5. signal yang terbentuk direkam untuk …..
dibuat rekontruksi gambar
Lain-lain :
-          petugas yang masuk ruang dibatasi
-          alat-alat penunjang(respirator, tabung oksigen, tracheostomy, collar brace dll, harus bukan dari logam)
-          Wanita hamil trimester I: tidak dapat diperiksa dan tidak boleh masuk ruang periksa.
PROTEKSI RADIASI
Tujuan proteksi radiasi :
a. Pada pasien : Dosis radiasi harus sekecil mungkin sesuai keharusan klinis.
b. Pada personil : Dosis radiasi yang diterima harus serendah mungkin dan dalam
keadaan bagaimanapun juga tidak boleh melebihi dosis maksimum yang di
perkenankan.
Satuan-Satuan Radiasi
Rontgen
Rontgen adalah satuan pemaparan radiasi yg memberikan muatan 2,58.10-4 Coulomb per kg udara.
Rad
Rad adalah satuan dosis serap.
1 rad : radiasi yang diperlukan untuk melepaskan tenega 100 erg dalam 1 gram bahan yang disinar (1 rad = 100 erg/gram)
Rad tidak tergantung komponen bahan yang disinar dan tenaga radiasi, tetapi jumlah rad per R pemaparan berbeda dengan tenaga berkas sinar dan komposisi bahan serap.
Gray (Gy)
1 Gray= 100 rad
1Cgy= 1 rad
Rem(Rad Equivalent Man)
Rem adalah satuan dosis ekuivalen.
Rem = rad x factor kualitas
Rem merupakan ukuran efek biologis akibat radiasi.
Karena faktor kualitas untuk sinar x dan g = 1, maka Roentgen = 1 Rad = 1 Rem
Karena tenaga yang dilepaskan ke dalam jaringan lunak oleh 1 Rontgen pemaparan hanya 5% lebih besar dari 1 Rad.
Sievert (Sv)
1 Sievert (Sv) = 100 rem
RBE (relatives biological effectivemen)
Perbandingan dosis sinar x 250 K dengan dosis radiasi lain yang efek biologis sama dengan dosis sinar x 250 K dengan efek biologik tertentu / dosis radiasi lain dengan efek biologik yang sama.
Faktor kualitas berbagai jenis radiasi
Jenis radiasi
Faktor kualitas
Sinar x
Sinar gamma
Partikel beta
Proton
Neutron lambat
Neutron cepat
Partikel alfa
1
1
1
5
3
10
20
Nilai batas yang diizinkan
Untuk perorangan, dosis yang terakumulasi selama jangka waktu panjang atau hasil penyinaran tunggal yang mengandung kemungkinan kerusakan sitomatik atau genetik yang dapat diabaikan dan besar dosis ditentukan pada setiap efek yang sering terjadi terbatas pada akibat yang ringan, sehingga tidak akan dianggap tidak dapat diterima oleh seseorang yang tersinari dan oleh instansi yang berwenang dalam bidang medis.
Pengendalian tingkatan pemaparan radiasi
Cara Pengendalian tingkatan pemaparan radiasi :
1. Jarak : Intensitas radiasi dipengaruhi oleh hukum kuadrat terbalik sehingga
cara ini efektif.
2. Waktu : Pemaparan dapat diatur dengan :
- Membatasi waktu generator dihidupkan.
- Pembatasan waktu berkas diarahkan ke ruang tertentu.
- Pembatasan waktu ruang yang dipakai.
3. Perisai : Digunakan bila ternyata jarak dan waktu tidak mencukupi, maka
dibuat dari timbal atau beton.
Jenis perisai :
Perisai primer: Memberi proteksi terhadap radiasi primer (berkas
sinar gamna)
Contoh: Tempat tabung sinar x dan kaca timbal
pada Tabir fluoroskopi
Perisai sekunder: Memberi proteksi terhadap radiasi sekunder
(sinar bocor dan hambur)
Contoh: Tabir sarat timbal pada tabir fluroskopi,
pakaian proteksi, kursi fluoroskopi dan perisai
yang dapat dipindah-pindah.
Proteksi radiasi
a. Pada pasien:
1. Pemeriksaan sinar x hanya atas permintaan seseorang dokter.
2. Pemakaian filtrasi maksimum pada sinar primer.
3. Pemakaian voltage yang lebih tinggi (bila mungkin) sehingga daya tembusnya
lebih kuat
4. Jarak focus pasien jangan terlalu pendek.
Hukum kuadrat terbalik: Intensitas sinar x berbanding terbalik dengan jarak
pangkat dua.
Jarak focus kulit pada:
- sinar tembus tidak boleh kurang dari 45 cm.
- radiografi tidak boleh kurang dari 90 cm
5. Daerah yang disinari harus sekecil mungkin, misalnya dengan menggunakan
konus (untuk radiografi) atau diafragma (untuk sinar tembus).
6. Waktu penyinaran sesingkat mungkin.
Contoh : pemeriksaan sinar tembus tidak boleh melebihi 5 menit pada salah satu
bagian tubuh.
7. Alat-alat kelamin dilindungi.
8. Pasien hamil, terutama trisemester pertama tidak boleh diperiksa radiologik.
9. Peningkatan sistem pertahanan seluler radiasi dengan antioksidan: Cystein,
vitamin E dan vitamin C.
b. Pada dokter pemeriksa dan petugas radiologi:
1. Hindari penyinaran bagian-bagian tubuh tidak terlindungi
2. Pemakaian sarung tangan, apron atau gaun pelindung yanqg berlapis Pb dengan
tebal maksimum 0,5 mm Pb.
3. Hindari melakukan sinar tembus, usahakan melakukan radiografi
4. Hindari pemeriksaan sinar tembus tulang-tulang kepala (head fluoroscopy)
5. Akomodasi mata sebelum melakukan pemekrisaan sinar tembus paling sedikit
selama 20 menit.
6. Gunakan alat-alat pengukur sinar Rontgen.
7. Pemeriksaan pesawat sebelum dipakai.
Contoh: Perlindungan terhadap bahaya elektris.
Adanya kebocoran pada tabung pesawat.
Voltage yang aman dan lamanya.
8. Pemeriksaan rutin terhadap kemungkinan bocor / rusaknya perlengkapan-
perlengkapan pelindung berlapis Pb.
Alat-alat yang dipakai untuk mencatat dosis personil :
1. Film Badge: Mencatat dosis radiasi yang diterima personil yang terkena
berbagai jenis radiasi dan mampu mencatat dosis radiasi yang
berasal dari  sumber-sumber radiasi yang berlainan kualitasnya.
2. Dosimeter Saku: Pengukuran dosis yang mempunyai respon terhadap radiasi
sebanding dengan jumlah pasangan ion yang dihasilkan selama
perjalanan melalui elemen pendeteksian selain itu pengukurannya
lebih teliti dari pada film badge.
Alat Pengukuran Radiasi
Menggunakan Geiger-Muller Survey meter yang bacaannya berlangsung dalam mR/jam (milli Rontgen per jam) atau count per menit dengan penggunaannya di radio-diagnostik :
  1. Mengukur laju pemaparan radiasi di tempat-tempat personil bekerja, dinding luar ruang sinar x, pintu, jendela kaca Pb.
  2. Memeriksa apakah alat-alat proteksi memenuhi syarat proteksi.
Tata tertip penggunaan untuk proteksi personil
Personil dianjurkan memakai film badge terus menerus dan di ruang pesawat sinar x diagnostik personil:
1. Diharuskan menggunakan perisai dan pakaian proteksi yang tersedia
2. Tidak boleh memegang pasien selama penyinaran
3. Bila memakai pesawat sinar x dental dan mobil x-Ray unit (tanpa perisai
pelindung) harus berdiri di luar berkas sinar dan sejauh mungkin dari pasien.




Aplikasi Sinar-X Untuk Dunia Kedokteran
Diposting oleh : Ahmad Hariri
Kategori: Radiografi - Dibaca: 338 kali

Radiasi sinar-X merupakan suatu gelombang elektromagnetik dengan gelombang pendek Gelombang elektromagnetik banyak jenisnya antara lain sinar lampu, ultra violet, infra merah, gelombang radio, dan TV. Sinar-X mempunyai daya tembus yang cukup tinggi terhadap bahan yang dilaluinya. Dengan demikian sinar-X dapat dimanfaatkan sebagai alat diagnosis dan terapi di bidang kedokteran nuklir. Perangkat sinar-X untuk diagnosis disebut dengan photo Rontgen sedangkan yang untuk terapi disebut Linec (Linier Accelerator). Dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka photo Rontgen dapat di tingkatkan fungsinya lebih luas yaitu melalui alat baru yang disebut dengan CT. Scan (Computed Tomography Scan). Adanya peralatan peralatan yang menggunakan sinar-X maka akan membantu dalam mendiagnosis dan pengobatan (terapi) suatu penyakit, sehingga dapat meningkatkan kesehatan masyarakat. Untuk di tingkat daerah peralatan yang menggunakan sinar-X masih terbatas hanya pada pesawat Rontgen. Karena pesawat radioterapi membutuhkan catu daya listrik yang cukup besar, pada hal sumber listrik di daerah relatip masih rendah. Oleh sebab itu pembahasan disini lebih dititik beratkan pada penggunaan sinar-X untuk pesawat Rontgen. Kata kunci : sinar-X, Photo Rontgen, CT-scan, Linac. Untuk artikel lengkap silahkan masuk menu download atau klik disini.


Radiasi sinar-X merupakan suatu gelombang elektromagnetik dengan gelombang pendek Gelombang elektromagnetik banyak jenisnya antara lain sinar lampu, ultra violet, infra merah, gelombang radio, dan TV. Sinar-X mempunyai daya tembus yang cukup tinggi terhadap bahan yang dilaluinya. Dengan demikian sinar-X dapat dimanfaatkan sebagai alat diagnosis dan terapi di bidang kedokteran nuklir. Perangkat sinar-X untuk diagnosis disebut dengan photo Rontgen sedangkan yang untuk terapi disebut Linec (Linier Accelerator). Dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka photo Rontgen dapat di tingkatkan fungsinya lebih luas yaitu melalui alat baru yang disebut dengan CT. Scan (Computed Tomography Scan). Adanya peralatan peralatan yang menggunakan sinar-X maka akan membantu dalam mendiagnosis dan pengobatan (terapi) suatu penyakit, sehingga dapat meningkatkan kesehatan masyarakat. Untuk di tingkat daerah peralatan yang menggunakan sinar-X masih terbatas hanya pada pesawat Rontgen. Karena pesawat radioterapi membutuhkan catu daya listrik yang cukup besar, pada hal sumber listrik di daerah relatip masih rendah. Oleh sebab itu pembahasan disini lebih dititik beratkan pada penggunaan sinar-X untuk pesawat Rontgen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mau gabung {klik},,,,,